Disusun Oleh:Nurholis Wz.
Literasi Informasi
Pendahuluan
Dewasa
ini berbagai lembaga pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai
dengan pendidikan tinggi ada yang mulai, sedang, dan telah membangun program
literasi informasi. Literasi informasi yang merupakan terjemahan dari information literacy dalam pengertian ringkas
diartikan sebagai keberaksaraan informasi atau kemelekan informasi. Penguasaan
literasi informasi dipandang sangat penting dalam proses pembelajaran sehingga
menjadi bagian dari program pendidikan. Dalam lingkup yang lebih luas, bahwa
program literasi informasi sebenarnya adalah program pemberdayaan masyarakat
khususnya dalam bidang informasi.
Literasi informasi berhubungan erat dengan
tugas pokok pelayanan perpustakaan. Dalam perkembangannya, para pustakawan
terutama pustakawan pada perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi, umumnya
memandang keterampilan yang hendak dikembangkan dalam program literasi
informasi adalah berupa keterampilan yang tidak mengundang permasalahan
(non-problematis). Artinya, bahwa kemampuan seseorang untuk mencari dan menemukan informasi adalah
berupa serangkaian keterampilan yang dipindahkan dari pustakawan kepada
pengguna untuk tujuan memudahkan pelayanan dan agar tidak merepotkan
pustakawan. Selanjutnya, setelah seorang siswa atau mahasiswa memperoleh
keterampilan itu, ia diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan menyelesaikan masalah, serta pada gilirannya menambah motivasi untuk belajar. Akan tetapi dalam perkembangan
selanjutnya, program-program pelatihan literasi informasi diperluas menjadi
pelatihan tentang dunia teks pada umumnya yaitu bagaimana cara yang efektif dan
efisien untuk mencari dan menemukan dokumen dari perpustakaan, selanjutnya
ditambah dengan penumbuhan budaya digital agar mampu dan terbiasa melakukan
akses terhadap berbagai sumber daya informasi elektronik. Akses terhadap sumberdaya
informasi elektronik saat ini sudah menjadi keharusan mengingat volume
informasi dalam format elektronik yang tersedia saat ini diperkirakan jauh melebihi
informasi yang tersedia dalam format tercetak. Akibatnya, proses
pembelajaran harus memanfaatkan informasi dalam format elektronik.[1]
- Definisi
literasi informasi
Literasi
informasi sering disebut juga dengan keberaksaraan infromasi atau kemelekan
informasi. Dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi, literasi infromasi
sering dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan secara benar
informasi yang tersedia.
Pengertian literasi informasi yang sering dikutip
adalah penegrtian literasi informasi dari American Library Association (ALA) :
“information
literacy is a set of abilities requiring individuals to “recognize when
information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use
effective needed information”.
Artinya, literasi informasi
diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi informasi yang
dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan
menggunakan informasi seara efektif dan etis. (dalam Naibaho, 2007: 7-8)[2]
Definisi tentang literasi
informasi sangat banyak dan terus berkembang sesuai kondisi waktu dan
perkembangaan lapangan. Dalam rumusan yang sederhana literasi informasi adalah
kemampuan mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan
secara efektif. Hakekat dari literasi informasi adalah seperangkat keterampilan
yang diperlukan untuk mencari, menelusur, menganalisis, dan memanfaatkan
informasi (Bundy, 2001). Mencari informasi dapat dilakukan ke perpustakaan,
toko buku, pusat-pusat informasi, di Internet dan sebagainya. Menelusur adalah
upaya untuk menemukan kembali informasi yang yang telah disimpan.[3]
- Manfaat
Literasi informasi
- Membantu kita mengambil keputusan.
Dalam kehidupan manusia pasti mempunyai
masalah. Manusia memerlukan solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam
segenap sisi kehidupan manusia mempunyai pilihan yang harus diambil.
Pilihan-pilihan yang dihadapi manusia memerlukan keputusan. Untuk sukses
mengambil keputusan, kita perlu memiliki informasi yang cukup. Proses yang
harus kita lalui dalam mengambil suatu keputusan adalah : 1) perumusan masalah,
2) pengumpulan informasi dan 3) penggunaan informasi.
- Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi
pengetahuan
Di abad ke 21 ini, manusia
menyaksikan sebuah fase peradaban baru yang disebut sebagai era ekonomi
pengetahuan. Di era seperti ini, pengetahuan menjadi asset bagi individu,
organisasi dan perusahaan jika mereka ingin tetap “survive”.
Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang strategis dalam
meningkatkan kemampuan Anda menjadi manusia pembelajar. Semakin Anda terampil
dalam mencari, menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi, semakin
terbukalah kesempatan Anda untuk selalu melakukan pembelajaran.
- Menciptakan pengetahuan baru
Sehubungan
dengan majunya Teknologi, keanekaragaman kebutuhan dan tuntutan masyarakat
terhadap informasi yang dapat diperoleh secara cepat, tepat dan akurat.[4] kemajuan
suatu bangsa ditentukan oleh kemampuan bangsa itu dalam tiga hal yaitu,
penciptaan pengetahuan, distribusi pengetahuan dan pengembangan infrastruktur
tekhnologi yang memudahkan penyebaran pengetahuan.
Perkembangan tekhnologi internet meniscayakan sebuah fenomena yang disebut
dengan ’superhighway information’. Batas batas geografi menjadi tidak ada lagi.
Informasi dan pengetahuan bergerak dengan sangat cepat melalui internet.
Ketrampilan literasi informasi akan memungkinkan seseorang untuk mendapatkan
informasi dengan cara yang cepat pula. Seseorang yang mempunyai kemampuan
literasi yang tinggi dicirikan oleh kemampuannya dalam memecahkan masalah dan mengkomunikasikan
gagasannya dengan baik. Ia juga dapat berpikir secara kritis dan analistis. Ia
dapat membangun argumentasinya secara logis dengan didukung fakta, bukti dan
informasi yang diperlukan. Seseorang yang memiliki literasi informasi dapat
memilah mana informasi yang benar dan mana yang salah, sehingga ia tidak mudah
untuk terprofokasi oleh informasi tertentu.[5]
- Contoh-contoh
model literasi informasi
- The big6
Para pakar mengembangkan banyak model
literasi informasi. Salah satu model literasi informasi dikembangkan oleh dua
pakar bernama Robert E. Berkowitz pada tahun 1987. Dan Michael B. Eisenberg.
Berkowitz dan Eisenberg (1987) menamakan model ini dengan the big 6 yang
terdiri dari 6 ketrampilan. Tiap-tiap ketrampilan mempunyai beberapa langkah. 6
ketrampilan literasi informasi the Big6 dan langkah-langkahnya dapat dilihat
dalam bagan 1 di bawah ini:
1. Merumuskan masalah. Langkah-langkahnya:
- Merumuskan masalah.
- Mengidentifikasikan informasi yang dibutuhkan.
Setelah
mendapat tugas seperti disebut di atas, maka langkah pertama adalah memahami
masalah tugas secara keseluruhan dengan cara:
(a) Brainstorming dengan kelompok untuk
memastikan bentuk, isi, kebutuhan untuk menyelesaikan tugas. Cara ini digunakan
untuk menggali, mempertajam, dan mengembangkan gagasan dan penemuan
masalah. Brainstorming dapat dilakukan
melalui visualisasi pemikiran kita dan mengajukan pertanyaan. Gunakan
pertanyaan 5W1H (what, when, who, why, where, dan how) untuk memperjelas area
topik tugas dan memperjelas tugas
(b) Clustering dapat digunakan untuk membuat
hubungan dari bagian-bagian topik sehingga tampak relasinya dengan menggunakan
bagan dan garis, atau menggunakan gambar sketsa.
(c) Freewriting adalah menulis bebas tentang apa
saja yang berkaitan dengan topik atau tugas. Gunakan freewriting untuk
menyatakan atau
menggambarkan proyek secara tulisan.
Hasil
dari proses di atas adalah pernyataan atau penjabaran dari tugas yang menjadi
rumusan masalah. Rumusan masalah diperoleh setelah diidentifikasi melalui
berbagai cara.[6]
2. Mengembangkan strategi pencarian informasi
- Menentukan sumber.
- Memilih sumber terbaik.
3. Lokasi dan akses
- Mengalokasikan sumber secara fisik dan
virtual.
- Menemukan informasi di dalam sumber-sumber tersebut.
4. Memanfaatan informasi
- Membaca, mendengar.
- Memilih informasi yang relevan.
5. Mensintesiskan informasi
- Mengorganisasikan informasi dari berbagai sumber.
- Mempresentasikan informasi tersebut.
6. Mengevaluasi informasi
- Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dari seluruh proses yang telah dilakukan.
- Empowering8
Pada tahun 2004 Indian Library Association mengadakan workshop tentang
literasi informasi dilanjukan oleh workshop yang kedua tahun 2005 (Bhandary,
2006). Workshop ini dihadiri oleh 10 negara yakni; Indonesia, India,
Bangladesh, Maldiva, Malaysia, Nepal, Pakistan, Singapura, Sri Lanka, Vietnam
dan Thailand. Hasil dari kedua seminar ini menghasilkan sebuah konsep yang
disebut ‘empowering8′.[7]
Konsep
empowering8 mengembangkan ketrampilan belajar (learning skill) dengan
menggunakan sumber-sumber belajar (learning resources). Model literasi
informasi empowering8 terdiri dari 8 ketrampilan literasi yang harus dikuasai,
yakni;
Model literasi empowering 8 menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang berupa resource-based learning yaitu suatu kemampuan untuk belajar berdasarkan sumber datanya. Model literasi ini dihasilkan dari dua workshop yaitu di Kolombo tahun 2004 dan diPatiala -India
tahun 2005. Menurut model ini, literasi informasi terdiri dari kemampuan untuk:
Model literasi empowering 8 menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang berupa resource-based learning yaitu suatu kemampuan untuk belajar berdasarkan sumber datanya. Model literasi ini dihasilkan dari dua workshop yaitu di Kolombo tahun 2004 dan di
(1) Mengindentifikasi topik/subyek, sasaran
audiens, format yang relevan, jenis-jenis sumber
(2)
Mengeksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik
(3)
Menyeleksi dan merekam informasi yang relevan dan mengumpulkan
kutipan-kutipan yang sesuai
(4) Mengorganisasi, mengevaluasi, dan menyusun
informasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan pendapat dan
menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan mengkontraskan informasi
(5) Menciptakan informasi dengan menggunakan
kata-kata sendiri, mengedit dan membuat daftar pustaka ataupun menghasilkan
karya baru
(6) Mempresentasi, menyebarkan atau menyampaikan
informasi yang dihasilkan
(7) Menilai output, berdasarkan masukan dari
orang lain
(8) Menerapkan masukan, penilaian, pengalaman
yang diperoleh untuk kegiatan yang akan datang; dan menggunakan pengetahuan
baru yang diperoleh untuk pelbagai situasi.[8]
Perbedaan antara The big 6 dengan Empowering8
Perbedaan
antara The Big6 dan Empowring 8 terletak pada kemampuan kelima yaitu sintesis
di The Big6 menjadi organisasi, penciptaan dan presentasi pada Empowring 8.
Selanjutnya kemampuan ke 8 yaitu penerapan tidak terdapat pada The Big6.
Penutup
kompetensi dalam rangka pembelajaran
seumur hidup. Pembentukan kompetensi memerlukan ketersediaan informasi yang
bermakna. Informasi akan terus mengalir, membanjir, tiada henti dan
habis-habisnya, dan menawarkan berbagai macam pilihan. Kelimpahruahan informasi
ini menuntut keterampilan mengelola, mencermati, dan menyaring secara efisien.
Berbeda dengan informasi dari
perpustakaan, informasi dari dunia maya mempunyai ketersediaan yang melampaui
batas ruang dan waktu. Informasi yang bersumber dari perpustakaan cenderung
diterima sebagai informasi yang andal karena sumber informasinya dianggap
dipercaya. Akan tetapi, dari dunia maya,
segala macam informasi membaur dari yang masih mentah, dalam proses diolah
sampai yang sudah matang, oleh karena itu keotentikan, kesahihan (validity) dan
keandalannya patut dipertanyakan. Perlu seperangkat kemampuan atau kompetensi untuk mengelola dan
memanfaatkan informasi secara efektif yaitu kemampuan literasi informasi.[9]
Referensi
Herlina.2006.Ilmu Perpustakaan dan
Informasi.Palembang:IAIN Raden Fatah Press
file:///F:/PerpustakaanUMYC>>iterasiInformasi.htm. Diakses pada
tanggal 19 juni 2010
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan
dan Informasi, Vol. 4, No. 2, Desem Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan
Informasi, Vol. 4, No. 2, Desember 2008
file:///G:/ahmad.yunusperpustakaandaninformasi.htm, diakses pada tgl. 19 juni 2010
[2] file:///G:/ahmad.yunusperpustakaandaninformasi.htm,
diakses pada tgl. 19 juni 2010
[3] Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.
4, No. 2, Desember 2008
[4]
Herlina.2006.Ilmu Perpustakaan dan
Informasi.Palembang:IAIN Raden Fatah Press.hlm,170
[6] Pustaha:
Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4, No. 2, Desember 2008
[8] Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi,
Vol. 4, No. 2, Desember 2008
[9] ibid